• Jelajahi

    6 (1) Abdusy Syakur Amin (2) arus sungai deras (1) berita kriminal Kadungora (1) Bisnis (2) BMKG gempa (1) budaya Garut (1) budaya Majalengka (1) Bupati Garut (1) Bupati-Wakil Bupati Garut (1) Daerah (7) Daerah Otonomi Baru (1) dijual rumah (1) Dinas Ketahanan Pangan (1) Dinas Perhubungan Garut (1) DOB Garut Selatan (1) dokter kandungan Garut (1) DPRD Garut (2) Ekonomi (1) Endog Lewo (1) Garut (80) Garut Satu Data (1) Garut Selatan (1) Gelar Pangan Murah (1) gempa bumi Garut (1) gempa di Tarogong Kidul (1) gempa Garut (1) gempa hari ini (1) gempa magnitudo 3 (1) guru kecelakaan (1) harga pangan (1) harga rumah murah (1) Idulfitri (1) infrastruktur Garut (1) Integrasi Data Garut (1) jalan rusak (1) jalan rusak di Garut (1) kasus pelecehan seksual (1) kasus pembunuhan di Garut (1) kebun jagung (1) kebun jagung Garut (1) kecelakaan motor (1) kekerasan seksual di Garut (1) kemacetan Garut (1) kerajinan kulit Sukaregang (1) kerajinan lokal (1) kerukunan umat beragama (1) Klenteng Hok Tek Tjeng Sin Majalengka (1) Komunitas (10) Kriminal (3) kuliner khas Garut (1) libur panjang (1) Luthfianisa Putri Karlina (1) Luthfiansa Karlina Putri (1) mayat di kebun jagung (1) Moratorium Pemekaran (1) MSF Garut (1) Operasi Ketupat (1) operasi truk (1) Pemekaran Garut Selatan (1) Pemimpin Baru Garut (1) Pendidikan (5) Penetapan Bupati Terpilih (1) penggembala sapi hilang (1) perayaan Dewa Bumi (1) Pilkada Garut 2024 (1) Pj Bupati Garut (1) Program Prioritas Garut (1) Properti (1) pungli Garut (1) Puri Asri 3 (1) Ramadan (1) Rumah Di Jual (1) rumah Kuningan (1) Rumah Minimalis (1) rumah pasangan muda (1) rumah tipe 21 (1) SAR Garut (1) Sejarah (6) seni tradisional (1) Singajaya Garut (1) stabilitas harga (1) Sungai Cikandang (1) tilang truk (1) truk overload (1) upacara King Ho Ping (1) warisan budaya (1) Warisan Budaya Tak Benda (1) WBTB Jawa Barat (1) Wisata (16) wisata aman (1) wisata Garut (1)
    Copyright © Garut Update
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Halaman

    Membawa Kerajinan Bambu ke Pasar Dunia

    Sabtu, 12 November 2016, 07.29 WIB Last Updated 2016-11-12T15:29:04Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini


    Biodata Harry Anugrah Mawardi. (Sumber : https://x.detik.com)
    Dari coretan-coretan pena pada selembar kertas, Harry Anugrah Mawardi dan kawan-kawannya mengubah bilah-bilah bambu menjadi benda bernilai tinggi. Bambu tidak lagi ditempatkan sebagai pagar rumah atau dipotong-potong menjadi tusuk sate. Tapi sudah menjelajah sampai benua lain. Mengisi ruang tamu rumah-rumah mentereng dan kafe-kafe eksklusif. Bahkan bisa dipakai untuk menghiasi leher perempuan-perempuan muda nan molek.

    "Bambu bisa dibentuk menjadi seperti ini," kata Harry kepada detikX di Uma Design Shop, Bandung, Senin, 7 November 2016, sambil menimang-nimang jam meja berdiameter 15 sentimeter dengan bentuk unik. Ia menuturkan, jam hasil desain mahasiswa Jurusan Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung itu dipakai sebagai cendera mata resmi Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia. "Perajin bambu dari Garut yang buat, kami hanya mendesain."

    Perkenalan Harry dengan bambu bermula dari kegiatan penelitian bersama dosen-dosen ITB di sejumlah sentra perajin bambu di Jawa Barat. Namun ia tak puas bila hasil penelitian hanya terhenti sebagai makalah, jurnal, dan poster ilmiah di pameran-pameran. "Impact-nya cuma ke peneliti dan desainer, karena yang mendapat sorotan dari publik cuma mereka," ujar lulusan ITB Jurusan Desain Produk Fakultas Seni Rupa dan Desain pada 2009 itu.
    Baca juga : Hujan Deras Guyur Garut, 15 Titik Longsong Tanah Tutup Badan Jalan
    Potensi perajin bambu Indonesia untuk menghasilkan produk yang dapat bersaing di pasar global, menurut Harry, cukup besar. Kendalanya, perajin tidak memiliki akses pasar sehingga produk kerajinan bambu yang dihasilkan terbatas dari segi model dan dihargai murah. "Saya dan dosen-dosen sempat membuat brand untuk sejumlah kerajinan selama dua tahun, tapi terhenti," ujar pria kelahiran Bandung, 30 tahun lalu, itu.

    Kegagalan tak memupuskan semangat ayah Sangsaka Kawani Mawardi itu. Akhir 2013, tanpa sengaja, saat melintasi daerah Selaawi, Kabupaten Garut, matanya tertuju pada jejeran sangkar burung. Rupanya Selaawi merupakan sentra kerajinan sangkar burung yang bahan bakunya dari bambu. Ia segera membelokkan mobilnya masuk ke kampung itu. "Perajin-perajin cukup smart dengan memberlakukan sistem pembagian kerja. Saya lihat mereka punya potensi," kata Harry.

    Beberapa hari kemudian, ia kembali ke kampung itu untuk menawarkan ide membuat produk-produk kerajinan bambu yang baru selain sangkar burung dan anyaman. Ternyata ide tersebut mendapat sambutan hangat. Sebab, ramai-sepinya penjualan sangkar burung itu ternyata ada musimnya. Penjualan ramai ketika ada kompetisi burung. Dalam satu tahun, ada dua bulan di mana tidak ada pesanan sangkar burung. “Pada bulan puasa dan Lebaran," ujarnya. Para perajin menyadari mereka membutuhkan alternatif agar roda usaha bisa berkelanjutan.

    Pada awal 2014, merek Amygdala Bamboo akhirnya diluncurkan. Harry menggandeng Utang Mamad, 46 tahun, perajin asal Desa Mekarsari, Selaawi. Sinergi keduanya menghasilkan desain-desain baru yang kreatif dan inovatif. Mulai lampu meja dan gantung, vas bunga, bangku, gelas keramik dengan pegangan bambu, jam, sampai kalung. Harga yang ditawarkan pun beragam, mulai ratusan ribu sampai jutaan rupiah per produk. Uniknya, sebagian besar kerajinan bambu yang diproduksi menyerupai sangkar burung dengan bentuk tabung dan memiliki jeruji bambu. Harry menyebutnya teknik lattice atau kisi-kisi.

    Menurut Utang, sebagai sarjana desain, Harry berhasil membuat desain khusus tanpa meninggalkan teknik dasar yang sudah dikuasai para perajin secara turun-temurun. "Kalau keluar dari kebiasaan, kami pasti akan kesusahan. Teknik pembuatannya sudah dikuasai, tinggal modifikasi," ujarnya.
    Baca juga : Banjir Bungbulang, Enam Desa Terancam Tertimbun Longsor
    Utang mengaku sangat terbantu oleh datangnya desain-desain kerajinan bambu yang lebih modern. Produk yang dihasilkan pun memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Secara pendapatan, ia dan kawan-kawannya di Selaawi sangat terbantu.

    Sampai saat ini, sudah 50 jenis produk yang dihasilkan Harry dan timnya di Amygdala Bamboo bersama perajin Garut. Begitu pesanan meningkat, otomatis jumlah perajin pun harus ditambah. Selain Utang, kini ada tujuh perajin lain yang bermitra dengan Harry. Masing-masing dari mereka tentu saja melibatkan belasan perajin lainnya sebagai tim.

    Harry tak menerapkan sistem gaji kepada mereka, melainkan beli putus. “Para perajin sanggup mengerjakan berapa item, itu yang kami beli," ujar pengajar di Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB serta Institut Teknologi Sains Bandung itu.

    Sumber : https://x.detik.com
    Selain membuka outlet di Sanur, Bali, Harry mengandalkan penjualan secara daring. Ia mengaku pesanan datang dari Italia, Jepang, Korea Selatan, dan Australia. Bekerja sama dengan kanal distribusi asal Korea, produk perajin asal Garut itu pun akan dipasarkan di sejumlah toko di Korea dan Tiongkok. Kerja sama dengan perusahaan Korea Selatan tersebut difasilitasi British Council.

    Kemampuan Harry dan perajin Garut mengolah bambu juga menarik perhatian Noah Park, dokter gigi asal Korea. Noah, yang juga seorang filantropi, menawarkan kepada Harry untuk mendesain dan kemudian memproduksi secara massal sikat gigi dengan gagang bambu. Gagasan ini rencananya direalisasi awal tahun depan.

    Untuk kiprahnya menggandeng para perajin di pedesaan itu, Harry diganjar penghargaan best of the best dalam ajang Wirausaha Muda Mandiri 2015, yang diberikan Maret lalu. Pemerintah Jawa Barat pun memberinya penghargaan Anugerah Prakarsa 2016.

    Sumber :
    Detik X.
    2016. Membawa Kerajinan Bambu ke Pasar Dunia. Diakses tanggal 12 November 2016. Link ; https://x.detik.com/detail/intermeso/20161110/Membawa-Kerajinan-Bambu-ke-Pasar-Dunia/index.php

    Komentar

    Tampilkan